Sabtu, 17 Agustus 2013

Puisi KEMERDEKAAN dari Negeri Tikus

by. Erison J.Kambari
Kau KALUNGkan GARUDA ke leherku…
Kau suruh aku MENEPUK DADAku….
Kau minta aku MEMELUK TIANG BENDERA itu…
Lalu kau BUJUK aku berteriak “Merdeka..atau Malu…!”
Tentu saja…sudah kupilih MERDEKA itu….
Tapi kenapa justru kau yang selalu BIKIN MALU bangsaku…?
….
Sudah kukalungkan pula garuda itu ke leherku..
Tapi kenapa pula kau yang selalu MENJADI TIKUS RAKUS di
dalam rumah negeriku….?
Sudah kubBUSUNG-BUSUNGkan pula DADAku….
Tapi terlalu banyak pula CERITA MALU ulah politisiku yang
bikin aku TERTUNDUK LESU…
Sudah kucoba pula PELUK ERAT tiang bendera itu…
Tapi kenapa dari akar ke ujungnya justru kau tanam dan
suburkan BENALU itu…?
Kau minta pula aku berteriak Merdekaaaa….(SEKUAT
TENAGA ..!,pintamu)
Sementera…, baru cuma SEPOTONG KEBENARAN saja yang
kami ucapkan…kau justru sudah kembali mencoba-coba
MEMBEKAP MULUTKU…(seperti masa lalu) kau hantui aku
dengan PENJARA itu….!
MERDEKA, Katamu…????
(https://www.facebook.com/vurnady.gayolands?hc_location=stream)

Rabu, 14 Agustus 2013

Belajar kepada Manula Bai Fang Li

Bai Fang Li adalah seorang penarik rickshaw di Tianjin, China. Pada tahun 1987, Bai Fang Li yang sudah berusia 74 tahun memutuskan kembali ke kampung halamannya. Ia berencana untuk berhenti selamanya dari pekerjaan yang melelahkan itu.

Saat tiba di kampung halamannya, ia melihat anak-anak bekerja di ladang, karena mereka terlalu miskin untuk dapat membayar biaya sekolah.

Melihat kondisi seperti itu, Bai Fang Li kembali ke Tianjin dan kembali bekerja sebagai penarik rickshaw. Ia memilih rute rickshaw yang tidak terlalu jauh, di sebelah stasiun kereta. Bai Fang Li menunggu penumpang selama 24 jam sehari.

Bai Fang Li hanya makan makanan yang sederhana dan mengenakan pakaian bekas yang bisa ia gunakan. Ia memberikan semua pendapatannya hasil bersusah payahnya itu untuk membantu anak-anak yang tidak mampu membiayai pendidikannya.

Pada tahun 2001, ia mengayuh rickshaw ke Tianjin Yaohua Middle School, untuk memberikan sumbangan uang terakhirnya. Bai Fang Li saat itu sudah mendekati usia 90 tahun. Ia mengatakan kepada para siswa bahwa ia tidak mampu bekerja lagi. Semua siswa dan guru di sekolah itu meneteskan air mata.

Secara total, Bai Fang Li telah menyumbangkan 350.000 yuan untuk membantu lebih dari 300 siswa miskin melanjutkan sekolahnya.

Pada tahun 2005, Bai Fang Li meninggal dunia dengan meninggalkan inspirasi yang tak ternilai besarnya . (copas from Smart is On)